Learn and Share your Electrical-Power Knowledge

Menjadi Seorang Engineer Hebat, Sulitkah?

Setetes Motivasi untuk para Engineer Muda (Bagian – 1 dari 2)

Salam Power. Dalam kesempatan ini, kami ingin menyampaikan suatu pemikiran yang dapat menjadi modal dalam menyelami dunia teknis. Karena kami yakin, paparan ini dapat menjadi sebuah dasar, bagi siapapun, tentang bagaimana menjadi seorang Engineer yang mempunyai ketrampilan mumpuni. Meski, kami bukanlah seorang yang diakui secara akademik atau mempunyai prestasi yang bisa ditayangkan telivisi, namun kami yakin dengan bekal empirik yang dihadapi, Insya Allah, akan memberikan sebuah semangat yang bisa teman-teman pakai dimana pun dan dalam kondisi apapun di setiap profesi yang dijalani. Untuk dapat sampai pada titik ini, tentunya kami pernah mengalami dan merasakan bagaimana menjadi seorang Engineer muda.

www. pixabay.com – Pembangkit Tenaga Listrik

Pertama, yang perlu teman-teman ketahui, dalam sebuah proses transfer pemahaman suatu ilmu, ada 3 variable yang harus memiliki Phasor yang sama. Sebuah vector yang besarnya mungkin memiliki nilai absolut yang sama dan arahnya pun harus sama, yaitu saling mendukung. Apakah itu?

  1. Seorang Murid – orang yang ingin menyerap ilmu
  2. Seorang Guru – orang yang memberikan ilmu
  3. Metodologi – sebuah alur teknis bagaimana sebuah ilmu itu disampaikan

Dalam  hal ini, teman – teman harus bersiap diri sebagai murid, para senior di Perusahaan sebagai guru,  dan khusus metodologi bisa teman – teman tentukan nantinya setelah membaca tulisan ini. Karena, khusus dalam hal ini, kurikulum dan metode bagaimana menyerap ilmu di lingkungan Industri/Perusahaan adalah murni dari kreativitas teman – teman.

Bagi seorang Engineer muda, contoh dalam hal ini adalah Electrical Engineer, maka hal yang pertama harus di perhatikan adalah apakah teman-teman suka dengan profesi ini? Jika suka dan cinta dengan profesi ini, maka ini menjadi modal yang sangat penting untuk menjadi seorang ahli. Tetapi, bagaimana kalau tidak suka? Hmm.., selama 3 – 4 tahun kuliah atau mengenyam pendidikan setelah SMA/SMK, maka teman – teman perlu merenung, selama masa itu apa yang sudah teman – teman lakukan sehingga dalam titik ini belum juga menemukan sikap untuk sebuah profesi yang akan dijalankan?

Ketika setelah kuliah dan diterima dalam suatu Industri atau Perusahaan, maka kita akan dipertemukan dengan orang – orang yang lebih senior dari kita. Misalnya, jika ada 50 orang yang kita temui, maka mungkin akan ada 50 sifat orang yang harus kita kenal dan dipelajari. Lho,mengapa harus dipelajari? Kita akan bahas nanti.

Setelah teman – teman menyukai profesi ini, misal dalam dunia electrikal, maka apa yang pertama kali muncul di pikiran teman – teman dalam menghadapi sebuah Industri yang kompleks, yang setiap detiknya menghasilkan jutaan bahkan milyaran rupiah? “Saya harus menjadi orang yang bermanfaat bagi Industri ini.” Begitulah, narasi mindset yang teman-teman harus tanamkan jauh di dalam lubuk hati. Mengapa? Karena, sebaik – baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia yang lain.

Hal yang menarik adalah, senioritas dan junioritas mungkin akan muncul pertama kali. Apalagi posisi teman – teman yang ketika masuk dari tingkatan Sarjana misalnya, ditempatkan beberapa tingkat lebih tinggi dari senior-senior yang sudah ada dalam Perusahaan tersebut. Namun, apakah ada yang tidak seperti itu? Tentunya ada, meskipun menurut pengalaman kami, hal itu cukup langka. Sifat Ego, sifat merasa yang paling benar (meremehkan), bahkan mungkin dengki dengan yang didapatkan, akan mewarnai setiap langkah teman – teman dalam menjalani profesi tersebut. Meski, ada beberapa pengalaman yang sangat indah yang saat tersebut memiliki Senior yang bisa dan mau bahkan senang membimbing teman – teman untuk menjadi seorang Engineer yang hebat nantinya.

Lalu apa solusinya? Hanya satu, kembali ke niat awal. Apa itu? Ya, ingin bermanfaat bagi  Industri atau Perusahaan yang teman –teman masuki saat ini. Dan karena mereka, para Senior adalah guru teman – teman, maka adab kepada guru harus tetap di utamakan dan bersikap hormatlah kepada mereka. Bukankah hal – hal tersebut merupakan bagian dari Ibadah? Dengan memegang teguh niat itu, Insya Allah, dalam kondisi bagaimanapun, teman-teman akan tetap bertahan untuk mendapatkan ilmu sebanyak-banyaknya, memahaminya, kemudian menggunakannya untuk kemaslahatan bersama. Yakini hal itu dan pegang kuat-kuat.

www. unsplash.com – electrician

Maka, untuk memulai pembahasan ini, kami akan mencoba membagi beberapa periode pembelajaran berdasarkan pengamatan kami bagaimana irama seorang Engineer muda dalam menyesuaikan diri dan belajar di Perusahaan yang baru. Tapi, perlu diingat, hal ini mungkin berlaku pada lulusan baru (fresh graduate) atau seseorang yang mempunyai pengalaman kurang dari < 2 tahun dalam meniti profesinya.

Tahap 1; Fase Subtransient 1 – 3 tahun

Sengaja kami sampaikan dengan istilah – istilah electrical, agar lebih dekat dengan suasana Electrical, he.he.. Kondisi ini kurang lebih memakan waktu 1-3 tahun, dengan ciri gelombang amplitude yang sangat besar, dan bisa membuat dampak yang besar juga. Bahkan, teman – teman bisa “trip” yang berarti teman-teman menyerah dalam fase ini.  Pada fase ini, teman – teman akan membutuhkan energy yang besar untuk masuk dalam ekosistem Perusahaan. Bahkan, waktu di akhir pekan pun, teman – teman mungkin perlu menyempatkan untuk belajar lebih ekstra. Di fase ini diperlukan pendekatan yang lebih kepada senior – senior, pantang menyerah dalam mempelajari hal teknis dilapangan, dan yang paling penting adalah masuklah di lingkungan mereka, pergi ke lapangan ! Lalu apa yang dilakukan, coba lakukan langkah – langkah berikut:

  1. Berkenalan dan akrablah dengan team Operation dan Maintenance. Membaurlah, bahkan ikutlah makan siang dengan mereka. Tunjukkan keikhlasan teman – teman untuk bisa belajar dengan mereka, meski teman – teman dianggap “anak singa” yang suatu saat dianggap bisa “menerkam” meraka. Jangan dengarkan hal itu, tetaplah fokus dalam belajar. Tidak ada batasan waktu untuk hal ini, lakukanlah setiap saat dan selama teman – teman berada di Perusahaan tersebut.
  2. Baca dan pahami Plant Manual; tidak perlu di hafal untuk seluruh isinya, namun perlu dipetakan untuk setiap point – point yang ada. Hal ini memerlukan waktu kurang lebih 1 – 3 bulan.
  3. Buatlah daftar peralatan yang ada. Mungkin informasi ini bisa didapatkan dari team lain. Daftar ini berisi informasi tentang spesifikasi, serial number, manufacture, dst.
  4. Ikutlah dalam suatu program perawatan (maintenance) suatu peralatan. Pelajari hal itu, tuliskan apa yang menjadi penting, dan peganglah alat – alat tersebut sesuai dengan prosedur yang ada dan catat hal – hal yang penting untuk dipelajari lebih lanjut.
  5. Kumpulkan Code dan Standard yang ada. Misalnya, IEC, IEEE, NEMA, NETA, NFPA, dst.
  6. Pahami Code and Standard. Inilah salah satu senjata Engineer. Pelajari standard dan coba evaluasi pekerjaan yang sudah teman – teman saksikan di poin no. 4 dengan standard yang ada. Dalam hal ini, teman – teman akan belajar bagaimana memahami Code dan Standard dan implementasinya di lapangan. Proses ini akan dilakukan selama teman – teman dalam profesi tersebut.
  7. Ulangi terus langkah – langkah di atas dengan peralatan yang berbeda. Belajarlah untuk ikut mengetes perlatan, memahami alat tester, membersihkan breaker, membantu mengangkat alat tester, mendorong breaker, menarik kabel, bahkan mengencangkan baut. Ikutlah pekerjaan yang mereka lakukan. Point ini harus teman – teman lakukan dengan semangat dan hati –hati, karena inilah modal yang penting bagi seorang Engineer yang banyak terlewatkan.

Tujuh (7) point di atas adalah pokok – pokok yang teman – teman bisa lakukan dalam fasa substransient. Mengapa dilakukan seperti itu, apa tujuannya? Kita coba jawab dengan sebuah pertanyaan, apakah teman – teman pernah menemui seorang Engineer yang dia paham dengan standard, teknik perawatan alat dengan sangat detail sampai ukuran baut dan torsinya, bahkan seseorang tersebut mampu memperkirakan kira – kira berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan hal tersebut.

Bagaimana seseorang itu belajar? Ya, dengan teman – teman masuk dalam pekerjaan tersebut, melakukan pekerjaan tersebut, mengamati dengan penuh perhatian, dan diulangi terus menerus, maka di dalam diri teman – teman akan tertanam sebuah memori dan intuisi bagaimana mengerjakan pekerjaan tersebut dengan detail dan bahkan berapa waktu yang dibutuhkan. Hal ini tentunya mudah disampaikan secara teori namun tidak banyak yang mempraktekkan hal ini. Mengapa? Silakan teman – teman renungkan mengenai hal ini.

…bersambung….(ke bagian 2)

Semoga bermanfaat.

«
»

2 comments on “Menjadi Seorang Engineer Hebat, Sulitkah?”

  1. Bayu J. Utomo says:

    Very useful… Cak Andry…

    1. Andry Hu says:

      terima kasih Pak. Semoga bermanfaat bagi teman – teman semuanya. aamiin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *